BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebagai seorang muslim sudah sewajarnya jika mengetahui
seluk beluk tentang dunia keislaman terutama adalah pendidikan Islam. Munculnya
pendidikan Islam bersamaan dengan datang nya Islam itu sendiri. Dalam makalah ini
akan tertuliskan beberapa perkembangan pendidikan Islam yang ada di beberapa
negara di dunia. Seperti yang kita ketahui bahwasanya agama Islam di bawa oleh
Nabi Muhammad saw ke dunia untuk melengkapi ajaran-ajaran nabi terdahulu, bukan
untuk menghapus melainkan untuk menyempurnakan.nabi kita Muhammad saw berasal
dari mekkah. Namun ajaran agama Islam menyebar di seluruh belahan dunia
bersamaan dengan pendidikan Islam. Lalu bagaimanakah Islam dan pendidikan Islam
menyebar ke seluruh dunia?
Untuk itulah perlu kita kaji sejarah-sejarah datangnya
Islam dan pendidikan Islam yang ada di negara-negara di dunia ini. Bukan hanya
yang ada di daerah Jazirah Arab saja, bahkan di benua-benua sekitarnya termasuk
benua kita, Asia. Bukan untuk membandingkan melainkan untuk memberi kita
pengetahuan dan motivasi bahwa ternyata di negara semacam Amerika Serikat pun
pendidikan Islam dan agama islam tidaklah di acuhkan begitu saja. Bahwa ajaran
Islam juga telah mengalir di sana. Berikut uraian perkembangan Islam dan
pendidikan Islam di sebagian negara di dunia.
1.2 Rumusan Masalah
·
Apakah sejarah perkembangan pendidikan Islam yang
berada di beberapa dunia?
·
Bagaimanakah sejarah pendidikan yang ada pada masa
kejayaan Islam?
1.3 Tujuan
Rumusan Masalah
·
Mengetahui perkembangan pendidikan Islam di
beberapa negara di dunia
·
Mengetahui pendidikan Islam yang berkembang pada
masa kejayaan Islam
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Pendidikan Islam di Dunia
2.1.1 Eropa
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman
Khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan
Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara.
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun yaiutu mulai
yahun 30 H-83 H. Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini
terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu
kerajaan Gothik. Setelah kawasan ini dapat dikuasai , umat islam mulai
memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian Afrika Utara
menjadi batu loncatan bagi kaum muslim dalam penaklukan wilayah spanyol.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan
yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana.
Mereka adalah Tarif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.
Kemenagan-kemenangan yang dicapai Umat Islam nampak
begitu mudah. Hal itu data dipisahkan dari adanya factor eksternal dan internal
yang menguntungkan. Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat didalam
negri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan spanyol oleh umat Muslim , kondisi
social, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan.
Sedangkan factor Internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, tokoh-tokoh pejauang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pda khususnya. Para pemimpin adalah
tokoh-tokoh yang kuat , tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri.
Perkembangan Islam di Spanyol dibagi menjadi 6 periode:
a. Periode Pertama (711-755)
Pada periode ini Spanyol berada dibawah pemerintahan
para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.
Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara
sempurna, gangguan gangguan masih datang baik dari dalam maupun dari luar.
b. Periode kedua (755-912)
Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang
bergelar amir. Pada periode ini Umat islam spanyol mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan baik dalam bidang-bidang politik maupun peradaban.
c. Periode ketiga (912-1013)
Berada dibawah Pemerintahan Abd Al-Rahman III, pada
periode ini Umat Islam spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan.
d. Periode keempat (1013-1086)
Pada periode ini spanyol berada dibawah pemerintahan
raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang mana Spanyol terpecah menjadi
lebih dari tiga puluh Negara kecil.
e. Periode kelima (1086-1248).
Pada periode ini kekuasaan Islam terhadap
wilayah-wilayah Spanyol berkurang.
f. Periode keenam (1248-1492)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa didaerah Granada,
dibawah dinasti Bani Ahmar.
Perkembangan Pendidikan
Islam di Spanyol
- Mendirikan
Lembaga Pendidikan
Ketika umat Islam berkuasa di spanyol telah mendirikan
madrasah-madrasah yang tidak sedikit jumlahnya guna menopang pengembangan
pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar di seluruh daerah kekuasaan
Islam, antara lain: Qurthubah (Cardova), Isybiliah (Seville), Thulaitihillah
(Toledo), Gharnathah (Granada) dan lain sebagainya.
Guna melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan lebih lanjut, khalifah
Abdul Rahman III mencoba merintisnya dengan mendirikan Universitass Cordova
sebagai pusat ilmu pengetahuan. Universitas ini mengambil tempat di sebuah
masjid. Pada masa pemerintahan Al-Hakam II (961-976 M), universitas tersebut
diperluas lokasinya, dan bahkan mendatangkan para professor dari timur
(Al-Azhar dan Nizhamiyyah) sebagai dosen undangan untuk memberikan perkuliahan
di sana.langkah yang diambil Al-Hakkam II dalam memajukan pendidikan di Spanyol
Islam, kemudian diikuti oleh para penguasasesudahnya.
Semangat (ghirah) tinggi yang ditunjukkan oleh masyarakat dalam
menuntut ilmu tidak pernah mundur, meskipun untuk memperkuat eksistensi lembaga
pendidikan para penguasa Spanyol Islam memberlakukan peraturan yang berbeda
dengan penguasa Abbasiyah di Baghdad. Peraturan tersebut dengan memungut biaya
bagi para siswanya. Hal ini dilakukan bagi terlaksananya penyelenggaraan
pendidikan yang diinginkan.
Semangat menuntut ilimu yang diperkenalkan Spanyol Islam, bukan
hanya terbatas bagi para pelajar muslim saja, akan tetapi juga terbuka kepada
para pelajar nonmuslim. Sikap toleran yang ditawarkan membuat para pelajar
nonmuslim berlomba-lomba untuk menuntut ilmu di Spanyol Islam. Dalam menunjang
pendidikannya, pendidikan Spanyol Islam memberlakukan kurikulum universal dan
kompherensif. Artinya, menawarkan materi pendidikan agama dan umum secara
integral pada setiap tingkatan pendidikannya, khususnya pada pendidikan tinggi.
Indikasi dari kedalaman dan keluasan kurikulum spanyol islam waktu itu boleh
jadi ditentukan konsekuensi-konsekuensi pratikal yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, sehingga pola kurikulum yang diterapkan tidak bersifat fleksibel dan
adaptik.
2. Pengembangan Perpustakaan
Kelancaran proses pendidikan sangat tergantung dari
prasarana-prasarana yang mendukung. Diantaranya adalah fasilitas perpustakaan.
Untuk itulah khalifah-khalifah Umayah di Spanyol telah berupaya menyisihkan
dana dari kas Negara untuk membangun berbagai sarana pendukung tersebut secara
intensif. Ambisi untuk mnedirikan perpustakaan, bukan hanya dilakukan oleh para
khalifah saja. Akan tetapi, ambisi tersebut juga telah diwakili oleh setiap
masyarakat Spanyol Islam. Mereka mengoleksi berbagai buku bukan untuk
kepentingannya dirinya saja.besarnya perhatian umat Islam di Spanyol dalam
penyediaan sarana perpustakaan sangat luar biasa. Ini dapat dilihat dengan
berdirinya perpustakaan Khazanatul Humist-Tsani di Andalusia. Perpustakaan ini
memiliki buku sebanyak 400.000 jilid. Di samping perpustakaan-perpustakaan lain
yang didirikan oleh perorangan untuk dimanfaatkan secara umum, bahkan mereka
berlomba-lomba untuk mendirikannya. Penomena ini menyulap daerah Spanyol
menjadi negara yang kaya dan makmur, di samping kemerdekaan ilmiah yang
dikembangkan. Kondisi ini terlihat dari peratuaran yang berlaku saat itu. Ilmu
pengetahuan bukan hanya milik orang merdeka, tetapi juga merupakan milik para
budak. Hubungan yang harmonis ini menjadi daya penggerak tersendiri bagi
kemajuan pendidikan yang diperkenalkan Spanyol Islam.
2.1.2
Australia
Masuknya agama Islam pertama kali ke Australia ternyata
oleh para Nelayan dan Pelaut yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan,
Indonesia. Ialam mauk ke Australia sejak abad 16 dan 17. Menurut Ujar
Hady, Agama Islam dibawa oleh para neayan dan pelaut yang berasal dari Makassar,
Sulawesi Selatan. Mereka tiba dipesisir utara wilayah Australia Barat,
Australia Utara, dan queensland. Para pelaut dan nelayan itu kemudian menjalin
hubungan dagang dengan penduduk asli Australia. Selain itu mereka juga mencari
teripang yang emudian menjualnya di pasar Cina. Kedatangan Muslim Makassar
kenegri tersebut dapat diketahuai dari kesamaan bahasa Makassar dengan penduduk
asli diwilayah pesisir Australia. Bahkan di beberapa gua di pemukiman aborigin
terdapat lukisan perahu tradisional para nelayan Makassar.
Di Brisbone didirikan “Quesland Islamic Society” untuk
menyadarkan anak-anak muslim mendirikan shalat dan meningkatkan silaturahmi.
Pelajarnya berasal dari Indonesia, India, Pakistan, Turki, Afrika, Lebanon dan
Australia sendiri. Kemudian di Goulbourn didirikan “Goulbourn College of
Advanced Education” yakni pendidikan guru yang telah melahirkan sarjana muda,
sarjana lengkap master. Tokoh Goulbourn College antara lain Dr. El-Erian
(pelarian dari Mesir ketika Gamal Abdul Nasser berkuasa).
OrganisasiIslam Australian Federation of Islamic Councils (AFIC) adalah
himpunan dewan-dewanIslamAustraliaberpusatdiSydney.Federation of Islamic
Societies adalah Himpunan masyarakat muslim, terdiri atas 35 organisasi
masyarakat muslim lokal dan 9 dewan Islam negara-negara bagian.Moslem Student
Asociation adalah himpunan mahasiswa muslim yang menerbitkan majalah
“Al-Manaar” berbahasa Arab, Australia dan Mimaret (berbahasa Inggris) Moslem
Women’s Center (pusat wanita Islam) yang bertujuan memberikan pelajaran keislaman
dan pelajaran bahasa Inggris bagi kaum muslimin yang baru datang ke Australia
sedang bahasa Inggrisnya kurang lancar.
Statistik muslim di Australia sangat tidak mudah memang
menyebutkan jumlah umat Islam di australia secara tepat di tengah isu negative
yang ada. Namun jika merujuk data milik Administrasi Imigran, jumlah kaum
muslimin di Australia mencapai 700.000 jiwa. Sedangkan data dari Kantor
Perwakilan Islam di Australia mencatat angka yang lebih besar, terutama setelah
berdatangannya amigran asal Checnya, Bosnia, Irak, dan sejumlah negara-negara
muslim lainnya. Jumlah itu belum ditambah dengan muslim warga asli Australia.
Muslim Australia sekarang ini terdiri dari 27 Etnis. Jumlah terbesar dari etnis
Libanon, kemudian Turki, selebihnya terbagi merata. Mayoritas mereka tinggal di
kota Sydney dan Melborn. Jumlah terbesar komunitas muslim Australia ada di
Sydney. Secara formal, Islam agama terbesar kedua dari agama-agama resmi yang
diakui Negara di Australia. Secara Protokoler pun Mufti muslim mendapat urutan
kedua. Misalnya dalam undangan dari pemimpin Pemerintahan local dan federal,
mereka mendapat nominasi kedua. Muslim Australia pun mudah dikenali denagan
identitas perkumpulan yang didirikan. Setiap etnis mempunyai organisasi resmi
dan menghimpun majlis Islam disetiap wilayah. Perkumpulan majlis wilayah
muslimin Australia merupakan paying besar resmi umat Islam di Australia.
Organisasi ini mengadakan perhelatan besarnya setiap dua tahun sekali yang
diberi nama Konggres Islam. Salah satu agendanya adalah memilih dan menetapkan
mufti nasional dan penentu majlis Islam di wilayah-wilayah yang ada di seluruh
wilayah Benua Australia..
2.1.3 Indonesia
Proses masuknya Islam ke Indonesia agak unik
dibandingkan dengan masuknya Islam ke daerah-daerah lain. Islam masuk ke
Indonesia secara damai dibawa oleh para pedagang dan mubaligh. Sedangkan Islam
yang masuk ke daerah lain pada umumnya banyak lewat penaklukan, seperti
masuknya Islam le Irak, Iran (Persi), Mesir, Afrika Utara sampai ke Andalusia.
Sejarah membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia
pada abad ke-7 M/1 H. Tetapi baru meluas pada abad ke-13 M. Perluasan Islam
ditandai berdirinya kerajaan Islam tertua di Indonesia seperti Perlak dan
Samudra Pasai di Aceh pada tahun 1992 dan tahun 1297. Mulai pusat-pusat
perdagangan di daerah pantai Sumatra Utara dan mulai urat nadi perdagangan di
Malaka, agama Islam kemudian menyebar ke Pulau Jawa dan seterusnya ke Indonesia
bagian timur. Walaupun disana ada peperangan, tetapi Islam masuk ke Indonesia
dan peralihan dari agama Hindu ke Islam, secara umum berlangsung dengan damai.
Dan tak ada pun satu fakta yang mengungkapkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan disertai agresi militer atau serbuan tentara asing.
Suatu hal yang dapat dikemukakan bahwa masuknya Islam ke
Indonesia tidaklah bersamaan, ada daerah-daerah yang sejak dini telah dimasuki
oleh Islam, di samping ada daerah yang terbelakang dimasuki Islam. Berkenaan
dengan ini telah disepakati bersama oleh sejarawan Islam bahwa Islam pertama
kali masuk ke Indonesia adalah di Sumatera. Kedatangan Islam ke Indonesia itu
sendiri terjadi melalui kegiatan perdagangan yang ditempuh dengan proses yang
sangat panjang sampai terbentuknya masyarakat muslim.
Terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat adalah melalui proses
panjang yang dimulai dari terbentuknya pribadi-pribadi muslim sebagai hasil
dari upaya para da’i. Masyarakat muslim tersebut selanjutnya menumbuhkan
kerajaan Islam, tercatatlah sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara,
seperti Kerajaan Perlak, Pasai, Aceh Darussalam, Banten, Demak, Mataram, dan
lain sebagainya.
Tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia yang
begitu cepat tidak terlepas dari berbagai peran, terutama adanya kekuatan
politik dari kerajaan Islam digabungkan dengan semangat para mubaligh untuk
mengajarkan Islam. Maka dalam hal ini, peran pendidikan Islam turut memberikan
sumbangsih positif kepada kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia,
sangatlah erat hubungannya dengan kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia.
Dalam konteks ini, Mahmud Yunus mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama
tuanya dengan masuknya Islam ke Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk
agama Islam yang kala itu masih tergolong baru, maka sudah pasti akan
mempelajari dan memahami tentang ajaran-ajaran Islam. Meski dalam pengertian
sederhana, namun proses pembelajaran waktu itu telah terjadi. Dari sinilah
mulai timbul pendidikan Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di
rumah-rumah, langgar/surau, masjid dan kemudian berkembang menjadi pondok
pesantren. Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana
yang dikenal sekarang ini.
Berdasarkan ungkapan di atas, dapat dipastikan
pendidikan Islam itu telah berlangsung di Indonesia sejak mubaligh pertama
melakukan kegiatannya dalam rangka menyampaikan keislaman baik dalam bentuk
pentransferan pengetahuan, nilai, dan aktivitas maupun dalam pembentukan sikap
atau suri tauladan. Maka dalam konteks pendidikan, para pedagang dan mubaligh
yang memperkenalkan sekaligus mengajarkan Islam tersebut adalah pendidik, sebab
mereka telah melaksanakan tugas-tugas kependidikan.Kedatangan Islam dan
penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara
damai.
Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam
yaitu :
- Saluran perdagangan.
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah
perdagangan-perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7
hingga ke-16 M. Membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut
ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan
timur benua Asia.
- Saluran Perkawinan.
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status
sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi,
terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar
itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan lebih dahulu. Setelah mereka mempunyai
keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya, timbul kampung-kampung,
daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim.
- Saluran Tasawuf.
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan
teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran mengandung
persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra Islam itu adalah Hamzah Fansuri di
Aceh Syeikh Lemah Abang, dan Sunan Punggung di Jawa, dll.
- Saluran Pendidikan.
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik
pesantren maupun pondok yang diselenggarakan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, dan ulama-ulama.
- Saluran Kesenian.
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal
adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga, adalah tokoh yang paling
mahir dalam mementaskan wayang. Dan kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat
islamisasi, seperti Sastra (Hikayat, Babad, dan sebagainya), Seni bangunan, dan
Seni ukir.
6. Saluran
Politik.
Di Maluku dan Sulawesi-Selatan, kebanyakan rakyat masuk
Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik saja
sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di
Sumatera dan Jawa maupun Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik,
kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan
kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu
masuk Islam.
2.1.4 Amerika
Serikat
Pada awal perkembangannya persekolahan di
Amerika telah dimulai sejak zaman penjajahan. Persekolahan ketika itu bersifat
elitis dan berorientasi pada agama. Masyarakat yang berada pada lapisan
sosial-ekonomi bawah hanya boleh mengenyam pendidikan di “sekolah ibu”, yaitu
suatu sekolah yang mengajarkan membaca, menulis, berhitung, dan agama.
Sedangkan masyarakat pada lapisan sosial-ekonomi atas dipersiapkan untuk
menjadi pemimpin gereja, pemimpin masyarakat, ataupun pemimpin negara melalui
sekolah latin dan colleges. Pada masa itu anak wanita tidak mempunyai kebebasan
untuk bersekolah —suatu bentuk nyata diskriminasi gender yang terjadi di banyak
negara yang sedang terjajah— (Dimyati, 1988).
Rakyat Amerika berhasil memperoleh
kemerdekaannya dan membentuk negara Amerika Serikat pada 4 Juli 1776. Iklim
kemerdekaan ini berdampak pada perubahan pola pendidikan di Amerika. Pendidikan
yang bersifat elitis diubah. Pada masa ini muncullah gerakan Public School yang
bersifat terbuka untuk semua anak kulit putih baik pria maupun wanita. Public
School dibentuk dan dirancang untuk membentuk kompetensi dan keterampilan dasar
warga negara. Upaya pengembangan Public School telah menimbulkan pro dan kontra
dalam masyarakat. Sebagian masyarakat setuju dengan campur tangan dan intervensi
pemerintah dalam pengembangan Public School, namun sebagian lagi menolaknya.
Kelompok masyarakat yang kontra tersebut berpendapat bahwa campur tangan
pemerintah justru akan menghambat perkembangan Public School itu sendiri.
Kegiatan pendidikan di Amerika tidak
terhenti sampai disini saja. Sejarah panjang mewarnai kegiatan pendidikan di
negeri Paman Sam tersebut. Tiga periode reformasi pendidikan berikut ini akan
mengisi catatan panjang sejarah pendidikan Amerika. Ketiga periode reformasi
pendidikan tersebut adalah gerakan sekolah umum pada tengah abad 19, alam
progressive pada awal abad 20, dan gerakan fermentaso generasi terakhir. Setiap
periode selalu mempertanyakan dan mengubah pola-pola pendidikan yang telah ada.
Pada abad 19 Public School tersebar luas di
seluruh Amerika, namun ironisnya tenaga pendidik dan fasilitas-fasilitas
penunjang pendidikan ketika itu sangat minim. Dalam perkembangan selanjutnya,
terjadilah reformasi di bidang pendidikan yang berhasil memunculkan gerakan
yang bisa mempersatukan kelompok-kelompok sosial yang berbeda keinginannya.
Keberhasilan gerakan tersebut mendukung perkembangan Public School. Pada tengah
abad 19 ini Public School dirancang untuk memberikan pendidikan dasar umum
sehingga lulusannya diharapkan mampu berpartisipasi dalam kehidupan politik dan
dapat memasuki dunia kerja.
Pada zaman progressive terjadi sentralisasi
pengawasan dan elaborasi dalam sistem pendidikan Common School. Para ahli pendidikan menggunakan
kekuatan negara untuk memperkuat posisi, misalnya untuk memperoleh sertifikasi,
dana, standarisasi fasilitas dan kurikulum. Pada masa ini muncul pemikiran
bahwa Common School tidak hanya membekali siswanya dengan pendidikan dasar di
bidang 3 R (reading, writing, aritmathic) dan pendidikan moral saja, tetapi
juga diharapkan mampu menyiapkan siswa secara langsung agar dapat melakukan
peranan dalam hidup bermasyarakat, sehingga disini sekolah merupakan suatu
lembaga yang menjadi pintu gerbang untuk mengarahkan siswa ke arah dunia kerja.
Gerakan fermentaso generasi terakhir dalam
sejarah pendidikan Amerika diawali pada 1958 sampai tengah tahun 1970-an. Pada
masa ini terjadi reformasi di bidang pendidikan yang berciri lebih menekankan
fungsi daripada tujuan pendidikan. Sentralisasi kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan semakin bertambah sebagai akibat dari reformasi pendidikan tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi-organisasi guru tumbuh, makin
berpengaruh, dan memperoleh kekuatan politik. Hal itu menyebabkan guru bersatu
untuk menuntut perbaikan ekonomi dan sosial. Pada awal tahun 1980-an peminat
public school merosot. Ketika itu public school menghadapi suatu krisis
kepercayaan umum dan moral profesional yang rendah. Masyarakat menghendaki
terjadinya perubahan-perubahan pada public school, namun para pengambil
keputusan seringkali kurang memahami public education itu sendiri, sehingga
mereka tidak dapat menentukan prioritas untuk memperbaiki lembaga ini (public
school). Reformasi datang dan pergi silih berganti, tetapi pemecahan rasional yang
dilakukan tidak menggarap masalah yang sebenarnya (Dimyati, 1988).
2.2
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN
Masa kejayaan pendidikan Islam merupakan
satu periode dimana pendidikan Islam berkembang pesat yang ditandai dengan
berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan madrasah (sekolah-sekolah) formal
serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam.
Lembaga-lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola
kehidupan dan pola budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang
melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan
berbagai macam aspek budaya umat Islam.
Pada masa kejayaan ini, pendidikan Islam
merupakan jawaban terhadap tantangan perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam.
kebudayaan Islam telah berkembang dengan cepat sehingga mengungguli dan bahkan
menjadi puncak budaya umat manusia pada masa itu.
Dalam perkembangan kebudayaan Islam, ada dua
faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern atau pembawaan dari ajaran Islam itu
sendiri dan faktor ekstern yaitu berupa tantangan dan rangsangan dari luar.
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan
pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun al Rasyid
(170-193 H). Karena beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai
kecerdasan serta didukung negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa
pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan.
Tujuan pendidikan pada masa Abbasiyah yaitu;
1.
Tujuan
Keagamaan dan Ahlak
Anak didik diajarkan membaca dan menghafal al Qur`an karena hal itu
merupakan suatu kewajiban dalam agama agar mereka mengikuti ajaran agama dan
berahlak menurut agama.
2.
Tujuan
Kemasyarakatan
Pemuda-pemuda yang belajar dan menuntut ilmu agar mereka dapat
mengubah dan memperbaiki masyarakat menjadi masyarakat yang bersinar ilmu
pengetahuan.
3.
Cinta akan
Ilmu Pengetahuan
Belajar demi memperdalam ilmu pengetahuan.
4.
Tujuan
Kebendaan
Menuntut ilmu supaya mendapat penghidupan yang layak, pangkat yang
tinggi, bahkan kekuasaan dan kemegahan di dunia ini.
2.2.1 Berkembangnya Lembaga Pendidikan Islam
1.
Lembaga Pendidikan Islam Nonformal
a. Kutab sebagai Lembaga Pendidikan Dasar
Kutab atau maktab, berasal dari kata dasra kattaba
yang berarti menulis atau tempat menulis. Pada mulanya dilaksanakan di rumah
guru-guru yang bersangkutan, yang diajarkan adalah menulis dan membaca.
Kemudian pada akhir abad pertama hijriyah, kutab tidak hanya mengajarkan
menulis dan membaca, tetapi juga mengajarkan membaca al Qur`an dan pokok-pokok
ajaran Islam.
b. Pendidikan Rendah di Istana
Pendidikan anak di istana berbeda dengan
pendidikan di kutab pada umumnya. Di istana, orang tua membuat rencana
pelajaran yang selaras dengan anaknya. Guru yang mengajar disebut Mu`addib,
karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan serta
pengetahuan.
c. Toko-Toko Kitab
Toko-toko kitab bukan hanya sebagai tempat
berjual beli saja, tetapi juga sebagi tempat berkumpulnya para ulama, pujangga,
dan ahli-ahli ilmu pengetahuan untuk berdiskusi, berdebat, bertukar pikiran
dalam berbagai masalah ilmiah atau sekaligus sebagai lembaga pendidikan dalam
rangka pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.
d. Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan)
Pada masa kejayaan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam, rumah-rumah para ulama dan ahli ilmu
pengetahuan menjadi tempat belajar dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Di
antaranya, rumah Ibnu Sina, al Ghazali, Ali Ibnu Muhammad al Fashihi, Ya`qub
Ibnu Killis, Wazir Khalifah, dan al Aziz Billah al Fathimy.
e. Majelis Kesusasteraan
Yaitu majelis khusus yang diadakan oleh
khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan.
f. Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi)
Badiah digunakan sebagai tempat untuk
mempelajari bahasa Arab yang fasih dan murni serta mempelajari syair-syair dan
sastra Arab. Ulama-ulama yang banyak pergi ke Badiah untuk tujuan tersebut di
antaranya;
1.
al Khalil
bin Ahmad (160 H). ia pergi ke badiah Hijaz, Najd, dan Tihamah.
2. Bajar bin Burd (167 H). Ia belajar kepada 80
orang syekh di Bani Aqil.
3. al Kasai (182 H). Ia belajar di badiah dan
menghabiskan 15 botol tinta untuk menulis tentang Arab.
4. Imam Syafi`i (204 H). Ia belajar di Hudzail
selama 17 tahun.
g. Rumah Sakit (Bimaristan)
Pada masa dinasti Abbasiyah yang mendirikan
rumah sakit adalah Harun al Rasyid, yang memerintahkan kepada dokter Jibrail
bin Buhtaisu untuk mendirikan rumah sakit di Baghdad. Di sebelah rumah sakit
ada perpustakaan dan bilik untuk mengajarkan ilmu kedokteran dan ilmu
obat-obatan.
h. Perpustakaan
Perpustakaan menjadi aspek budaya yang
penting dan sebagai tempat belajar serta sumber pengembangan ilmu pengetahuan.
Perpustakaan ada 3 macam, yaitu;
1.
Perpustakaan
baitul hikmah di Baghdad, didirikan oleh khalifah Harun al Rasyid. Perpustakaan
ini berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab dan ilmu umum yang
diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia, India, Qibty, dan Arami.
2. Perpustakaan al Haidariyah di Najaf (Irak) di
sebelah makam Ali bin Abi Thalib.
3. Perpustakaan Ibnu Suwar di Basrah, didirikan
oleh Abu Ali bin Suwar. Dalam perpustakaan ini diadakan khalakah pelajaran.
4. Perpustakaan Sabur didirikan pada tahun 383 H
oleh Abu Nasr sabur bin Ardasyir. Dalam perpustakaan ini kurang lebih ada
10.400 jilid buku.
5. Darul Hikmah di Kairo (Mesir), didrikan oleh al
Hakim Biamrillah al Fathimy tahun 395 H.
6. Perpustakaan khusus, yaitu perpustakaan al Fath
bin Khagan Wazir al Mutawakkil al Abbasy (247 H), Perpustakaan Hunain bin Ishaq
(264 H), dan Perpustakaan Ibnu al Khassyah (567 H).
7. Perpustakaan di Andalusia, perpustakaan yang
besar adalah perpustakaan di Kurtubah (Cordova). Didirikan oleh al Hakam bin an
Nashir yang menjadi khalifah di Andalusia tahun 350 H.
i.
Ribath
(Khaniqah)
Ialah kamp, tempat tentara yang dibangun di perbatasan negeri intuk
mempertahankan negara dari serangan musuh. Ribath yang terbesar adalah di
sebelah utara negeri Syam (Syiria) dan utara Afriqiah (Tunisia). Ribath
digunakan sebagai tempat tinggal orang-orang sufi dan tempat penginapan alim
ulama dan pelajar yang datang dari luar negeri untuk belajar hadits, ilmu
agama, dan bahasa Arab.
2.
Lembaga Pendidikan Formal
a. Madrasah Nizamiah didrikan oleh Nizam al Mulk, perdana menteri
Saljuk pada tahun 1065 M – 1067 M. Pada tiap-tiap kota Nizam al Mulk mendirikan
satu madrasah besar, di antaranya di Baghdad, Balkh, Naisabur, Harat, Asfahan,
Basran, Marw, dan Mausul. Tetapi madrasah Nizamiah Baghdad adalah madrasah yang
terbesar dan terpenting. Tujuan Nizam al Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu
adalad untuk menperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab
keagamaan pemerintahan. Madrasah ini didirikan di dekat pinggir sungai Dijlah,
di tengah-tengah pasar Selasah di Baghdad pada tahun 457 H. Guru-guru madrasah
ini diantaranya Abu Ishaq as Syiraji (guru tetap), Abu Nasr as Sabagh, Abul
Qasim al `Alawi, Abu Abdullah al –Thabari, Abu Hamid al Ghazali, Radliyudin al
Kazwaeni dan al Fairuz Abadi. Rencana pengajaran adalah ilmu syari`ah dan ilmu
fiqh dalam 4 madzhab.
b. Madrasah Nuruddin Zinki, didirikan oleh Nuruddin Zinki di Damaskus.
Madrasah-madrasah yang didirikannya yaitu madrasah an Nuriyah al Qubra di
Damaskus (563 H). Gedung madrasah terdiri dari iwan (aula tempat kuliah),
masjid, tempat istirahat untuk guru, asrama, tempat tinggal pesuruh madrasah,
kamar kecil, dan lapangan. Madrasah lainnya yaitu madrasah yang didirikan pada
masa al Ayubi dan madrasah al Mustansiriah di Baghdad (Irak) tahun 631 H.
Madrasah al Mustansiriah didirikan oleh khalifah Abasyi al Mustansir Billah
pada tahun 631 H. Ilmu-ilmu yang diajarkan yaitu ilmu al Qur`an, syari`ah,
bahasa Arab, kedokteran, dan ilmu pasti.
c. Perguruan Tinggi;
1.
Baitul
Hikmah di Baghdad, didirikan pada amasa Harun al Rasyid (170-193 H), kemudian
diperbesar oleh khalifah al Ma`mun (198-218 H). Pada Baitul Hikmah bukan saja
diajarkan ilmu-ilmu agama Islam, tetapi juga ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu
alam, kimia, falaq, dan lain-lain. Guru besar Baitul Hikmah adalah Salam, yang
menguraikan teori-teori ilmu pasti dalam al Maj`sthi (almageste) kitab karangan
Bathlimus (Ptolemee). Kemudian guru besar al Khawarazmi, ahli ilmu pasti, ahli
falaq, dan pencipta ilmu al jabar, guru besar Muhammad bin Musa bin Syakir,
seorang ahli ilmu ukur, ilmu bintang dan falaq. Di baitul Hikmah dikumpulkan
buku-buku ilmu pengetahuan dalam bermacam-macam bahasa seperti bahasa Arab,
Yunani, Suryani, Persia, India, dan Qibtia. Kemudian al Ma`mun mendirikan
peneropong bintang yang disebut peneropong al Ma`muni. Setelah wafat al Ma`mun,
maka Baitul Hikmah tidak mendapat perhatian penuh dari khalifah-khalifah.
2.
Darul
`Ilmi di Kairo. Didirikan oleh al Hakim Biamrillah al Fathimi di pinggir sungai
Nil untuk menyaingi Baitul Hikmah di Baghdad. Menurut keterangan al Makrizi,
bahwa Darul `Ilmi didirikan di kampung al Kharun Fusy dengan perintah al Hakim
Biamrillah al Fathimi. Ilmu yang diajarkan di antaranya; ilmu agama, falaq,
kedokteran, dan berhitung.
2.2. 2 Berkembangnya Ilmu Pengetahuan
1.
Ilmu
Tafsir
Ulama-ulama tafsir tidak hanya menerangkan
makna-makna al Qur`an saja, tetapi juga menerangkan sebab-sebab turunnya ayat,
bukti-bukti dari segi bahasa, nahwu, balaghah, yang dikandungnya dan dengan
akidah dan hukum-hukum fiqh yang bisa dihasilkan dari ayat-ayat tersebut.
Seperti tafsir Imam Salam al Basri (w.200 H), tafsir Mufradat al
Qur`an (bahasa al Qur`an) karangan al Roghib al as Fahani,
tafsir Abu Ishaq al Zajjaj, tafsir al Bahr al Muhit (masalah
nahwu) karangan Abu Hayyan, tafsir al Kasysyaf (segi
balaghah) oleh al Zamakhsyari, tafsir al Qurtubi
(penentuan hukum-hukum fiqh), dan tafsir al Fahr al Razi yang bernama
Mafatih al Ghayb yang menitik beratkan pada aspek intelektual.
2.
Ilmu
Qira`at
Lahirnya madzhab qira`at di Andalusia
seperti Abu `Umar al Dani, Abu Muhammad al Syatibi, dan Abu Abdullah al Sarbini
al Kharraz.
3.
Ilmu
Hadits
Diantara ulama-ulama yang menganjurkan
penghimpunan hadits-hadits shahih adalah Imam Malik bin Anas (95-179 H) yang
menulis kitab al Muwatha`, kemudian diikuti oleh Imam Muhammad bin Ismail al
Buhori (259 H) dan muridnya Muslim bin Al Hajaj al Nisaburi (w.261 H). Kemudian
muncul kitab-kitab hadits shahih yang dikarang oleh ulama-ulama terkenal
seperti Abu Dawud Sulaiman bin al Asy`ath al Sajistani (w.275 H), Imam Abu `Isa
Tirmidzi (w.273 H), dan Imam al Nasai (w.303 H).
4.
Ilmu Fiqh
Di antara yang terkenal dalam bidang ini
adalah Abu Hanifah al Nu`man bin Tabith pendiri madzhab Hanafi (80 – 150 H),
Malik bin Anas al Asbahi (95 – 179 H), Abu Abdullah Muhammad bin Idris al
Syafi`i (150-204 H), dan Imam Ahmad bin Hanbal al Syaibani (164-241 H).
5.
Ilmu Ushul
Fiqh
Diantara yang terkenal dalam bidang ini adalah
Imam Muhammad bin Idris al -Syafi`i, Abu Bakar al Syasyi al Qaffal al Syafi`i,
al Walid al Baji al Andalusi, al -Syatibi dengan kitabnya al Muwafaqot fi
Ushul al Ahkam, al Ghazali dengan kitab al-Mustasfa. Juga terkenal al
Baqillani, Ibnu al Hajib, dan Abu Ishaq Ibrahim al –Nisaburi.
6.
Ilmu Kalam
Di antara yang terkenal di kalangan madzhab
Asy`ari adalah Abu Bakar al Bakillani, Imam al Haramain, Abdul Kohir al
Baghdadi, al Ghazali, al Syahrastani, Abu al -Ma`ali, al Juwaini, dan
lain-lain.
7.
Ilmu
Tasawuf
Mula-mula tasawuf Islam berdasar pada al
Qur`an dan Sunnah seperti yang diamalkan para sahabat, tabi`in, dan ulama-ulama
fiqh, seperti Malik bin Anas dan Ahmad bin Hanbal. Kemudian muncul tasawuf
sunni yang berkembang ditangan al Harits al Muhasibi dan Abu al Qasim al Junaid
dan pada puncaknya ditangan al Ghazali yang tersebar melalui tariqat syaziliah.
8.
Ilmu Tulen
1.
Ilmu
Matematika, di antarnya yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al Khawarizmi
(w.236 H) yang menulis al jabar dalam bukunya al Jibr wal Muqabalah,
al Qaslawi yang menggunakan symbol dalam matematik, al Tusi yang menunjukkan
kekurangan teori eclideus.
2.
Ilmu
Falaq, di antara yang terkenal adalah Muhammad al Fazzari (w.158 H), sebagai
ahli falaq Islam yang pertama dan penerjemah buku al Sind Hind.
Kemudian Abu Ishaq bin Habib bin Sulaiman (w.160 H) yang menulis buku falaq dan
mencipta alat-alat teropong bintang, Musa bin Syakir yang menulis buku ilmu
falaq berjudul Kitab al Ikhwah al Thalathah, Abu Ma`asyar bin Muhammad
bin `Umar al Balkhi, dengan bukunya al Madkhal ila ahkam al Nujum, dan
Ibnu Jabir al Battani (w.318 H), salah seorang pelopor trigonometri.
3.
Ilmu
Musik, seperti al Kindi al Farabi, dan Ibnu Sina
9.
Ilmu
Kealaman dan Eksperimental
1.
Ilmu
Kimia, yang pertama kali menerjemahkan ilmu kimia ke dalam bahasa Arab ialah
Amir Umaiyah Khalid bin Yazid bin Muawiyah (w.85 H). Kemudian diikuti oleh al
Kindi, al Razi, Ibnu Sina, Abu Mansur Muwaffaq, Muhammad bin Abdul Malik, dan
Mansur al Kamili.
2.
Ilmu
Fisika, salah seorang yang paling berpengaruh dalam bidang ini adalah al Hasan
bin al Haitham (w.430 H), salah satu bukunya adalah al Manazir.
3.
Ilmu
Biologi, di antara yang terkenal ialah Abu Bakar Muhammad al Razi (w.315 H),
seorang dokter yang menulis tentang tumbuhan bunga dan buah-buahan. Diikuti
oleh Ibnu Sina (w.423 H) seorang filosof dan dokter yang menulis tentang
tubuh-tumbuhan dalam bukunya al Qanun Fi Aththibb.
10. Ilmu Terapan dan Praktis
1. Ilmu Kedokteran, di antara ilmuwan-ilmuwan
muslim yang terkenal adalah Abu Bakar al Razi (w.351 H), bukunya yang termashur
adalah al Hawi sebagai ensiklopedia kedokteran. Kemudian Ibnu Sina
yang mengarang buku al Qanun yang juga dianggap ensiklopedia kedokteran dan
farmasi, Ali al Abas (w.348 H) dengan bukunya Kamil al Sina`ah fi al Tib.
Juga terkenal dokter mata dan pengarang buku al Tazkir yaitu Ibnu al
Jazzar (w.1009 H). Abu al Qasim al Zahrawi, seorang tukang bedah di Andalusia
yang menulis buku al Tasrif liman `Aziz `an al Ta`alif, Abu Marwan
Abdullah bin Zuher al Isyabili al Andalusi seorang ahli kedokteran klinik
terbesar, `Ala al Din `Ali bin Abi Hazm al Qurasyi al Dimasqi (Ibnu al Nafis)
seorang ahli anatomi, Ibnu al Khatimah yang menulis tentang penyakit campak dan
lain-lain.
2. Ilmu Farmasi, ahli-ahli yang menulis khusus
mengenai farmasi yaitu al Razi, Abd Rahman bin Syahid al Andalusi, Masawaih al
Mardini, Ibn Wafid al Tulaitali al Andalusi, Ibnu al Baitar, Abu Abdullah bin
Sa`id al Tamimi, dan Ahmad bin Khalil al Qafiqi.
3.
Ilmu
Pertanian, di antara yang terkenal adalah Ibn al Rumiyah al Isyabili dan
muridnya Ibn al Baitar, Zakariya bin Muhammad bin al `Awwam al Isyabili yang
menulis kitab al Falahah.